Powered By Blogger

Minggu, 15 Agustus 2010

WAWASAN BUDAYA

A. Manusia dan Budayanya
1. Asal Usul Bangsa Indonesia
Para sejararawan Barat berpendapat bahwa asal – usul bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia (Fu Nam, Yunan, dsb). Mereka juga berpendapat, bahwa mamalia di Indonesia adalah perpindahan dari daratan Asia ( Sukmono, 1959 )
2. Dari temuan terakhir World Heritage 2005, ternyata jenis homo Erectus, ditemukan di kawasan Sangiran (Sragen – Jawa Tengah). Dari data yang ada 50 individu yang mengalami evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Bahkan hasil penelitian dunia, baik yang dilakukan di Eropa, Afrika, Asia, Cina, bahkan terakhir di Iran, jumlahnya hanya sekitar 50 % dari yang ditemukan dan terkumpul di Sangiran dan di Jawa. Temuan di Sangiran mencapai 65 % sendiri dari temuan di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, dsb
3. Dari kubah Sangiran, hasil penggalian terakhir terungkap bahwa penemuan manusia purba dan peralatannya, hewan purba, tumbuh – tumbuhan yang hidup masa itu, ditemukan tanpa putus dari 2 juta tahun yang lalu sampai 200.000 tahun yang lalu atau dari akhir Pliosen sampai akhir Plestosin. (World Heritage No. 593,2005)
4. Selanjutnya Sunandar yang melihat dari sudut religi berpendapat bahwa Tuhan adalah Maha Asih, Maha Murah, jadi bencana yang menimpa kubah Sangiran, tidak seluruh makhluk di sana tumpas, tetapi masih ada yang diselamatkan dan tetap hidup. Hal ini terbukti dengan cerita sejarah, legenda, dongeng, mitos, tentang Dewata Cengkar – Ajisaka, Ratu Baka – Era Mataram I, Raja – raja raksasa era Kediri Kuno, semua membuktikan bahwa itu sisa – sisa penduduk Sangiran dalam perkembangannya. Orang asing menggambarkan nenek moyang kita “raksasa“, para pendatang “ ksatria “
5. Dari pemahaman, ini menurut hemat saya :
a. Asal usul Bangsa Indonesia berasal dari Jawa ( Sangiran )
b. Tidak dipungkiri, bahkan karena kondisi Asia, maka pada 200.000 tahun yang lalu, banyak bangsa Asia yang hijrah ke Indonesia (Jawa) yang secara geologis masih bersambung (berhubungan). Jadi wajar kalau dalam pertemuan bangsa ada percampuran dengan Bangsa pendatang
6. Dengan demikian, teori agama dapat menjadi fenomena dan harus berhadapan dengan penemuan arkheologi, sebab penemuan fosil di Sangiran 2 juta tahun, sementara teori agama tidak lebih dari 200.000 tahun. Manusia tidak berasal dari satu tempat, tetapi dari berbagai tempat

B. Kekayaan Budaya
1. Di dunia Barat ada pemahaman yang perlu diluruskan, tentang pengertian “ logos “. Menurut konsep Yunani, semua “logos“ selalu berarti ganda. Yaitu “logos“ = nalar = logis = logika dan “logos“ = kata non nalar. “Logos“ sebagai “nalar“ = vernunft (Jerman), atau reason (Inggris), yang artinya kemampuan manusia mengungkapkan sesuatu seturut nalar. Bahkan dogmatika menganggap, bahwa yang tidak nalar itu bertentangan dengan hakikat Allah. Kekerasan hidup (agama) memprihatinkan ketika manusia tidak mampu nalar.
Sementara itu arti “logos“ = kata, atau Wort (Jerman), word (Inggris), mendapatkan tempat dalam kemampuan manusia membuka diri. Setiap manusia yang menggunakan “kata“ bertemu dengan manusia lain, yang lahir adalah “dialog“. Atas dasar pemahaman itu, maka yang benar arti “logos“ = nalar dan “logos“ = kata harus seiring dan sepaham.
Dengan demikian kalau pengertiannya hanya pada “logos = nalar“ dan memisahkan “logos = kata“, adalah rerupakan bentuk penghinaan pada semangat dialog. (Deshi Ramadhani, 2006)
2. Jadi kalau “logos” hanya diartikan “nalar“, yang muncul radikalisme, fanatisme, kekerasan, dan ketidak toleransi. Padahal kalau kita mengartikan “ logos “ = kata, pemahaman itu akan mengangkat tollere (Latin) dengan pihak lain, Logos = kata lebih bijak dari Logos = nalar.
Inilah sebenarnya fenomena yang ada pada saat ini. Hanya budaya Indonesia (Jawa) sajalah yang mampu angeskplanasikan “logos“ = nalar, ya “logos“ kata, secara terpadu, seiring, sehingga bangsa Indonesia terkenal mampu mengangkat martabat tollere ( toleransi )
Kita lihat kehadiran budaya asing seperti budaya India (Hindu dan Budha), Arab (Islam), Eropa (Kristen), dalam pola pemahaman Jawa tetap pada aras “nalar“ dan “kata“, sehingga di Indonesia (Jawa) tidak ada perang budaya (Agama)

3. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip penerimaan Bangsa Imdonesia (Jawa) pada pemahaman “ logos “ dengan arti yang luas, yaitu “nalar dan kata“ seiring, dan seturut pemikiran bangsa.
Hal inilah yang telah mengantar kehidupan bangsa yang mengetengahkan harmonis, dan telah mengantar membuat taman Indonesia menjadi “ BHINNEKA TUNGGAL IKA, tan hana dharma mangrwa“ yaitu pola kehidupan yang selalu mementingkan dialog. Apabila bangsa Indonesia lepas dari pemahaman ini, yang lahir adalah kekerasan, pertentangan, permusuhan, demonstrasi, serta ketidak rukunan.
Prinsip perpaduan pemahaman “logos = nalar dan kata“ adalah yang mengantar prinsip bangsa bersatu. Sayang pada era global ternyata sekarang ini logos hanya diartikan nalar, akibatnya kita lihat suasana sekarang, kita semua prihatin
4. Era sekarang adalah era kontradiksi. Artinya, disatu pihak manusia bertahan sikap kolektivitas, di pihak lain manusia Indonesia sudah kejangkitan penyakit individualistis. Kita lihat peristiwa politik budaya, yang satu ingin “Seni untuk Seni“ yang lain seni adalah untuk masyarakatnya (bangsanya). Inilah fenomena yang harus direnungkan.


C. Perlu Pewarisan
1. Pahami prinsip hukum kebudayaan menurut Arnold Toynbee bahwa kehidupan berjalan dari lahir – tumbuh – dewasa – runtuh.
2. Dengan adanya hukum ini, maka kebudayaan harus diwariskan pada generasi penerus agar kebudayaan tidak punah. Untuk menyadarkan hal ini, perlu di ingat semboyan Tri Dharma R. M. Said (Mangkunagara I), yaitu Melu handarbeni, kudu hangrukebi, mulat sarira hangrasa wani.
3. Metode yang cukup ampuh “ Sumur nggoleki timba “
4. Prinsip utama untuk menatap masa depan




YSBJKANTHIL DOCUMEN

WAWASAN BUDAYA

A. Manusia dan Budayanya
1. Asal Usul Bangsa Indonesia
Para sejararawan Barat berpendapat bahwa asal – usul bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia (Fu Nam, Yunan, dsb). Mereka juga berpendapat, bahwa mamalia di Indonesia adalah perpindahan dari daratan Asia ( Sukmono, 1959 )
2. Dari temuan terakhir World Heritage 2005, ternyata jenis homo Erectus, ditemukan di kawasan Sangiran (Sragen – Jawa Tengah). Dari data yang ada 50 individu yang mengalami evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Bahkan hasil penelitian dunia, baik yang dilakukan di Eropa, Afrika, Asia, Cina, bahkan terakhir di Iran, jumlahnya hanya sekitar 50 % dari yang ditemukan dan terkumpul di Sangiran dan di Jawa. Temuan di Sangiran mencapai 65 % sendiri dari temuan di Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, dsb
3. Dari kubah Sangiran, hasil penggalian terakhir terungkap bahwa penemuan manusia purba dan peralatannya, hewan purba, tumbuh – tumbuhan yang hidup masa itu, ditemukan tanpa putus dari 2 juta tahun yang lalu sampai 200.000 tahun yang lalu atau dari akhir Pliosen sampai akhir Plestosin. (World Heritage No. 593,2005)
4. Selanjutnya Sunandar yang melihat dari sudut religi berpendapat bahwa Tuhan adalah Maha Asih, Maha Murah, jadi bencana yang menimpa kubah Sangiran, tidak seluruh makhluk di sana tumpas, tetapi masih ada yang diselamatkan dan tetap hidup. Hal ini terbukti dengan cerita sejarah, legenda, dongeng, mitos, tentang Dewata Cengkar – Ajisaka, Ratu Baka – Era Mataram I, Raja – raja raksasa era Kediri Kuno, semua membuktikan bahwa itu sisa – sisa penduduk Sangiran dalam perkembangannya. Orang asing menggambarkan nenek moyang kita “raksasa“, para pendatang “ ksatria “
5. Dari pemahaman, ini menurut hemat saya :
a. Asal usul Bangsa Indonesia berasal dari Jawa ( Sangiran )
b. Tidak dipungkiri, bahkan karena kondisi Asia, maka pada 200.000 tahun yang lalu, banyak bangsa Asia yang hijrah ke Indonesia (Jawa) yang secara geologis masih bersambung (berhubungan). Jadi wajar kalau dalam pertemuan bangsa ada percampuran dengan Bangsa pendatang
6. Dengan demikian, teori agama dapat menjadi fenomena dan harus berhadapan dengan penemuan arkheologi, sebab penemuan fosil di Sangiran 2 juta tahun, sementara teori agama tidak lebih dari 200.000 tahun. Manusia tidak berasal dari satu tempat, tetapi dari berbagai tempat
B. Kekayaan Budaya
1. Di dunia Barat ada pemahaman yang perlu diluruskan, tentang pengertian “ logos “. Menurut konsep Yunani, semua “logos“ selalu berarti ganda. Yaitu “logos“ = nalar = logis = logika dan “logos“ = kata non nalar. “Logos“ sebagai “nalar“ = vernunft (Jerman), atau reason (Inggris), yang artinya kemampuan manusia mengungkapkan sesuatu seturut nalar. Bahkan dogmatika menganggap, bahwa yang tidak nalar itu bertentangan dengan hakikat Allah. Kekerasan hidup (agama) memprihatinkan ketika manusia tidak mampu nalar.
Sementara itu arti “logos“ = kata, atau Wort (Jerman), word (Inggris), mendapatkan tempat dalam kemampuan manusia membuka diri. Setiap manusia yang menggunakan “kata“ bertemu dengan manusia lain, yang lahir adalah “dialog“. Atas dasar pemahaman itu, maka yang benar arti “logos“ = nalar dan “logos“ = kata harus seiring dan sepaham.
Dengan demikian kalau pengertiannya hanya pada “logos = nalar“ dan memisahkan “logos = kata“, adalah rerupakan bentuk penghinaan pada semangat dialog. (Deshi Ramadhani, 2006)
2. Jadi kalau “logos” hanya diartikan “nalar“, yang muncul radikalisme, fanatisme, kekerasan, dan ketidak toleransi. Padahal kalau kita mengartikan “ logos “ = kata, pemahaman itu akan mengangkat tollere (Latin) dengan pihak lain, Logos = kata lebih bijak dari Logos = nalar.
Inilah sebenarnya fenomena yang ada pada saat ini. Hanya budaya Indonesia (Jawa) sajalah yang mampu angeskplanasikan “logos“ = nalar, ya “logos“ kata, secara terpadu, seiring, sehingga bangsa Indonesia terkenal mampu mengangkat martabat tollere ( toleransi )
Kita lihat kehadiran budaya asing seperti budaya India (Hindu dan Budha), Arab (Islam), Eropa (Kristen), dalam pola pemahaman Jawa tetap pada aras “nalar“ dan “kata“, sehingga di Indonesia (Jawa) tidak ada perang budaya (Agama)




3. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip penerimaan Bangsa Imdonesia (Jawa) pada pemahaman “ logos “ dengan arti yang luas, yaitu “nalar dan kata“ seiring, dan seturut pemikiran bangsa.
Hal inilah yang telah mengantar kehidupan bangsa yang mengetengahkan harmonis, dan telah mengantar membuat taman Indonesia menjadi “ BHINNEKA TUNGGAL IKA, tan hana dharma mangrwa“ yaitu pola kehidupan yang selalu mementingkan dialog. Apabila bangsa Indonesia lepas dari pemahaman ini, yang lahir adalah kekerasan, pertentangan, permusuhan, demonstrasi, serta ketidak rukunan.
Prinsip perpaduan pemahaman “logos = nalar dan kata“ adalah yang mengantar prinsip bangsa bersatu. Sayang pada era global ternyata sekarang ini logos hanya diartikan nalar, akibatnya kita lihat suasana sekarang, kita semua prihatin
4. Era sekarang adalah era kontradiksi. Artinya, disatu pihak manusia bertahan sikap kolektivitas, di pihak lain manusia Indonesia sudah kejangkitan penyakit individualistis. Kita lihat peristiwa politik budaya, yang satu ingin “Seni untuk Seni“ yang lain seni adalah untuk masyarakatnya (bangsanya). Inilah fenomena yang harus direnungkan.
C. Perlu Pewarisan
1. Pahami prinsip hukum kebudayaan menurut Arnold Toynbee bahwa kehidupan berjalan dari lahir – tumbuh – dewasa – runtuh.
2. Dengan adanya hukum ini, maka kebudayaan harus diwariskan pada generasi penerus agar kebudayaan tidak punah. Untuk menyadarkan hal ini, perlu di ingat semboyan Tri Dharma R. M. Said (Mangkunagara I), yaitu Melu handarbeni, kudu hangrukebi, mulat sarira hangrasa wani.
3. Metode yang cukup ampuh “ Sumur nggoleki timba “
4. Prinsip utama untuk menatap masa depan




YSBJKANTHIL DOCUMEN

MANGGA SINAU NEMBANG

Tembang utawi sekar punika wonten werni 3 :
1. Sekar Macapat
2. Sekar Tengahan
3. Sekar Ageng


KEBIJAKAN HARGA/PENDAPATAN DAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL



1. KEBIJAKAN HARGA/PENDAPATAN

Dalam rangka mencapai tujuan pemerataan pendapatan secara langsung dan untuk menstabilkan harga serta mengendalikan inflasi, pemerintah sengaja menetapkan harga barang-barang dan jasa-jasa tertentu, seperti 9 bahan pokok (beras, jagung, gula, minyak, telur dll), barang-barang strategis seperti semen, pupuk, tarif listrik, transportasi umum di kota besar dan harga beberapa jenis BBM.

Tujuan pemerintah dalam melakukan stabilisasi harga melalui sedikit campur tangan penetapan harga secara langsung ini disatu sisi dapat menimbulkan tidak efisiennya pasar bekerja, dalam mengalokasikan sumber-sumber ekonomi, tetapi disisi lain penetapan harga mempunyai tujuan–tujuan seperti pemerataan pendapatan dan stabilisasi harga.

Salah satu ukuran stabilisasi harga yang secara langsung digunakan adalah : Indeks harga Konsumen (Consumer Price Indeks /CPI). Di Indonesia digunakan angka indeks lain yang disusun oleh BPS yaitu angka indeks biaya hidup (IBH) dan angka indeks harga perdagangan besar. IBH meliputi kelompok harga makanan dan minuman, sandang, perumahan dan lain-lain.

Laju inflasi yang dinyatakan dalam prosentase diberi simbol P

P = IBH1-IBH0 x 100
IBH0

IBH 1 = indeks biaya hidup tahun sekarang,
IBH 0 = indeks biaya hidup tahun lampau

Harga beberapa barang 9 bahan pokok dan bahan strategis ditetapkan pemerintah untuk menekan angka lanju inflasi kebawah. Kebijakan pemerintah yang akan menyebabkan
1. redistribusi pendapatan pada masyarakat khususnya golongan ekonomi lemah
2. stabilisasi harga-harga

Kebijakan ini ditempuh pemerintah contohnya melalui operasi pasar di mana pemerintah melakukan jual beli bahan pokok langsung kepada masyarakat golongan ekonomi lemah. Diharapkan dengan turunnya pemerintah sebagai pembeli atau penjual maka akan tercapai sasaran-sasaran seperti :

- bila pemerintah melakukan operasi pasar untuk membeli bahan pokok di atas harga pasar, dg maksud agar penjual mendapatkan harga yang pantas sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat. Sering terjadi harga gabah yang menurun di pasaran sehingga menurunkan pendapatan petani. Untuk itu pemerintah sering campur tangan dengan berperan sebagai pembeli gabah petani dengan sedikit kenaikan harga diatas harga pasar sehingga petani menikmat harga jual yang pantas, dengan kebijakan ini diharapkan sasaran redistribusi pendapatan tercapai.

- bila pemerintah melakukan operasi pasar untuk menjual komoditi dibawah harga pasar, agar mayarakat mampu membeli bahan pokok dengan harga terjangkau. Kondisi ini sering terjadi dimana saat harga beras, gula minyak membumbung di pasaran, maka pemerintah campur tangan menjadi penjual beras, minyak atau gula dengan harga dibawah harga pasar, dengan maksud supaya masyaraka luas dapat membeli kebutuhan pokok tsb dengan harga terjangkau

- Pemerintah juga campur tangan dalam mengatur harga obat yaitu dengan jalan membuat obat-obatan dengan harga serba seribu yang hanya dijual di apotik-apotik pasar rakyat, supaya mayarakat luas dapat membeli dengan harga terjangkau dalam mengatasi masalah kesehatan mereka.

- Pemerintah menjadi penentu utama dan satu-satunya terhadap harga-harga BBM, gas, listrik, air, dll

Beberapa waktu lalu pemerintah menetapkan kebijakan pendapatan melalui sumbangan langsung tunai, memberikan subsidi uang tunai kepada masyarakat miskin agar terjadi redistribusi pendapatan dan meningkatkan daya beli. Pada saat ini pemerintah mengubah kebijakan tersebut dengan menyediakan dana produksi, sosial dan lingkungan sekitar Rp. 200-500 jut per desa, agar ditingkat keluarahan/desa terjadi pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin melalui aktivitas berproduksi, aktivitas sosial, dan pembangunan prasarana dan sarana lingkungan. Dana tersebut berasal dari pinjaman bank dunia. Masyarakat secara kelompok diberikan bantuan modal usaha yang harus mereka kembangkan dan pertanggung jawabkan kepada unit kelurahan masing-masing, pokok dana dan pengembangan dana tersebut selanjutnya menjadi aset kelurahan setempat


2. KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Masing-masing negara di dunia mempunyai derajat keterbukaan hubungan perdagangan dan ekonomi dengan luar negeri. Beberapa negara berciri perekonomian sangat terbuka dimana volume perdagangan internasional yaitu nilai ekspor impor merupakan bagian yg sangat besar dari PDBnya, sementara negara lain lebih tertutup dimana prosentase volume perdagangan internasional hanya kecil saja. Hubungan perdagangan yg dilakukan oleh suatu negarapun mengalami perkembangan. Bila perekonomian makin terbuka maka perdagangan dilakukan dengan melakukan spesialisasi dengan menghasilkan produk yang mereka memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi barang tsb, lalu mengekspornya ke negara yang tidak memiliki keunggulan komparatif dalam produk tersebut.

Hal ini menjelaskan mengapa spesialisasi ekspor kita yaitu minyak bumi, gas, mineral, bahan mentah sebesar 68 % dari total ekspor kita, karena pada komoditi tersebut kita mempunyai keunggulan komparatif. Sementara impor kita sebagian besar pada produk-produk manufakturing seperti mesin-mesin, alat angkutan, dll sebesar 55 % dari total impor kita dari negara lain yang unggul dalam bidang manufaktur. Sementara untuk golongan barang makanan, minuman dan bahan mentah makanan prosentasi ekspor dan impor kita berimbang, gologan lain kecil

Keunikan perdagangan internasional
1. barang dan jasa serta sumber-sumber daya mengalami mobilitas yang lebih sulit karena faktor jarak, biaya transport, peraturan karantina, prosedur administrasi dan hambatan kebijakan ekonomi serpeti kuota dan tarif bea masuk.
2. Masing-masing negara punya mata uang dan sistem aturan moneter yang berbeda-beda, maka timbul masalah konversi nilai tukar.

Dasar negara melakukan perdagangan
1. Distribudi kepemilikan berbagai sumber daya antar negara berbeda alam, SDM, modal , peralatan produksi dll. Anugera sumber ini berbeda mempengaruhi perbedaan keunggulan
2. Produksi barang dan jasa secara efisien perlu berbagai teknologi maupun kombinasi sumber berbeda

Kedua faktor tersebut menyebabkan efisiensi produksi berbagai produk oleh negara menjadi berbeda.

Contoh :
1. Jepang memiliki sumber daya : sejumlah besar tenaga kerja trampil industri akan sangat kompetitif dengan biaya rendah memproduksi barang padat karya ketrampilan seperti produk barang elektronik, hal serupa pada negara Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Singapura.

2. Amerika Serikat : dianugerahi sumber daya alam mineral, peralatan kapital serta tenaga kerja trampil dan terdidik memproduksi dg biaya rendah produk baja, kimiawi, mesin peralatan industri yg butuh padar modal utk membuatnya.
3. Australia memiliki sumber daya tanah luas, ketrampilan mengusahakan dan mengolah potensi peternakan, deposit batu bara, mampu memproduksi dg biaya murah produk peternakan bahan wool, daging, gandum, batu bara yg proses teknologinya padat tanah dan padat sumber alam

4. Indonesia kaya sumber daya Padat penduduk, jumlah tenaga kerja tak terdidik, kaya sumber daya alam minyak dan gas bumi serta mineral lain, dengan iklim tropis mempunyai kapasitas memproduksi dengan biaya murah produk-produk perkebunan, pertambahan, kerajinan industri kecil , karet, minyak kelapa sawit, minyak bumi, gas, timah, tembaga , aluminium, kayu, rotan, hasil laut, tekstil, garmen, barang kerajinan rakyat dan idustri kecil.

Apabila terjadi penemuan sumber-sumber alam baru dan pengembangan teknologi baru akan mengubah ketrampilan dan akumulasi sumber daya. Hal ini mempengaruhi distribusi anugerah sumber daya alam, Tenaga kerja dan tenologi serta modal. Dengan demikian mengubah perbandingan efisensi antar negara dalam memproduksi sesuatu.

Misal Jepang awal abad ini berubah dari negara efisensi pada produk pertanian ke produksi manufaktur demikain juga Korea Selatan, Hongkong, Taiwan, Singapura menuju negara produsen industri manufaktur.
Indonesia mengarah dari industri manufaktur ringan dan elektronika, komponen otomotif. Berubah sepanjang tahun tidak statis.


Dengan adanya spesialisasi dan perdagangan maka sumber-sumber akan berpindah atau bergeser dari sektor lemah komparatif menuju ke sektor yg memiliki keunggulan komparatif.. Spesialisai dan perdagangan internasional akan menyamakan tingka harga dinegara-negara yg berdagang. Karena perubahan arah permintaah. Misal harga karet lebih murah di Indonesia dibanding Amerika, dan harga mesin lebih murah di Amerika dbanding Indonesia. Kemudian spesialisasi dan perdangan internasional akan mengalihkan permintaan produk mesin dalam negeri ke impor luar negeri. Ekspor mesin dari Amerika akan menambah jumlah penawaran mesin di Indonesia, harga mesin di Indonesia turun.

RINTANGAN PERDAGANGAN BEBAS

Meski dampak spesialisasi serta perdagangan cukup jelas namun untuk mencapai berbagai tujuan politis dan tujuan jangka pendek kenyataannya dilaksanakan kebijakan yang menghalangi perdagangan dunia bebas. Tujuannya kepentingan kelompok tertentu dalam negeri pemilik sumber tertentu untuk mendorong permintaan dalam negeri tidak lari ke impor pembelian barang produk luar ngeri, untuk tujuan keamanan dan pertahanan dan mendukung industrialisasi dan pembangunan.

Pada dasarnya ada 2 rintangan perdagangan internasional:
1. Tarif bea masuk impor
2. Kuota impor

Pengenaan tarif bertujuan utk memperoleh pendapatan negara atau perlindungan. Tarif dikenakan pada barang yg tak diproduksi dalam negeri, dengan besar tarif yg dikenakan tidak cukup besar.
Tarif perlindungan dimaksudkan untuk melindungi produsen dalam negeri dari persaingan produk yg sama dari luar negeri. Jadi dikenakan pada barang impor yg bisa dipruduksi di dalam negeri, dengan adanya tarif maka produsen dalam negeri pada posisi persiangan yg lebih baik di pasar dalam negeri

Kuota impor adalah ketentuan masksimum jumlah barang yg dapat diimpor selama periode tertentu. Kuota impor merupakan rintangan perdagangan bebas lebih efektif dibandingkan dengan pengenaan tarif


Harga dlm negeri (Pd) lebih tinggi dari harga luar negeri (Pw) dan semua pemintaan dipenuhi oleh produk dlm neg


Dampak ekonomis pengenaan tarif

Misal pemerintah menengenakan tarif bea masuk sebesar (t), atau PtPw. Setelah pengenaan pajak maka kurva penawaran dunia di dalam negeri adalah garis mendatar Pt, yaitu harga di Pasar dunia Pw + tarif sebesar t.

Dampak ekonomisnya adalah :
Pada harga Pt, produsen domestik bersedia memproduksi dan menawarkan sebesar q3 sedangkan permintaan pada harga tersebut menjadi sebesar q4. Kekurangan produk sebesar q3q4 diimpor.

Dibanding dengan situasi perdangan bebas tanpa hambatan maka pengenaan tarif menyebabkan :
1. produsen domestik dengan perlindungan tarif dapat meningkatkan / memperluas produksi sebesar q1q3,
2. sementara konsumen harus membayar harga lebih tinggi sebesar Pt dan
3. Konsumen harus mengurangi kuantitas pembelian sebesa q2q4.
4. Sememntara pemerintah mendapatkan pendapatan dari tarif sebesar EDGF
5. Bidang DBG merupakan kerugian atau pengurangan kepuasan kesejahteraan konsumen akibat harus menurunkan konsumsi

Pembentukan Lembaga Penjaga dan penyelamat Karya Budaya Bangsa

Rencana pembentukan Lembaga Penjaga dan Penyelamat Karya Budaya bangsa yang akan dilaksanakan pada bulan Juli akhirnya di undur, kemungkinan acara yang mengusung kepedulian tentang budaya, hak cipta bangsa, dan peninggalan leluhur ini nantinya akan tetap dilaksanakan.
berikut point point mengenai kenapa acara tersebut harus dilakukan.

A. Dasar Pemikiran
1. Bangsa Indonesia yang bersifat multi kultural merupakan aset bangsa baik masa lampau, masa kini dan masa depan.
2. Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam itu didukung oleh populasi yang besar yang mampu dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai persoalan bangsa dalam konstribusinya untuk mengatasi kesulitan bangsa.
3. Pada akhir-akhir ini, keberadaan kebudayaan Indonesia sebagai karya bangsa banyak dicuri, diaku oleh bangsa lain, dimanfaatkan negara lain untuk kepentingan sosial, politik, dan culturalnya.
4. Hasil Konferensi Internasional Kebudayaan Jawa 2008, yang merekomendasikan perlunya ada langkah pemerintah untuk penyelamatan karya budaya bangsa.
5. Hasil Konferensi Nasional Kebudayaan 2009, mendesak kepada para pemimpin bangsa untuk memperhatikan kebudayaan, karena kebudayaan adalah jiwa bangsa.
6. UU RI No. 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan lambang Negara.
7. Permen bersama Mendagri dan Menbudpar no 42 an 40/2009 tentang pedoman pelestarian Budaya.
8. Untuk merealisasikan gagasan dalam memperhatikan kebudayaan Indonesia sebagai karya budaya bangsa, perlu ada rapat kerja yang akan membentuk Lembaga Penjaga dan Penyelamat Karya Budaya Bangsa (LPP KBB).

B. Tujuan.
1. Untuk melindungi karya-karya bangsa, yang pada kenyataannya pada masa kini, banyak dimanfaatkan bangsa asing.
2. Untuk melindungi, menghakpatenkan semua karya budaya bangsa, agar karya itu dapat diwariskann kepada generasi penerus cita-cita bangsa.
3. Untuk mendokumentasikan, melestarikan, mengembangkan, dan menghakpatenkan karya-karya bangsa, sebagai hak sah bangsa Indonesia.

C. Hasil Yang ingin dicapai
1. Lahirnya suatu badan independen yang dilindungi pemerintah dengan nama Lembaga Penjaga dan Penyelamat Karya Budaya Bangsa (LPP KBB) tiap Kabupaten/Kota se-Jateng.
2. Terciptanya pendokumentasian karya-karya budaya bangsa yang dihakpatenkan, yang masih hidup, yang terpelihara, demi pewarisan kepada generasi muda bangsa.
3. Dilestarikannya, dikembangkannya, dibinanya karya-karya budaya bangsa, baik sebagai aset budaya, aset pariwisata, maupun aset studi, dan aset pembelajaran bangsa.

dengan set kegiatan adalah Rapat Regional se-Jawa Tengah, dengan peserta yang diharapkan untuk hadir adalah perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan pariwisata Se Jawa Tengah.
bagi yang terdorong dengan semangat nasionalisme dan cinta budaya, silakan mengirim surat kepada kami di ysbjkanthil@yahho.com.

Jumat, 30 Juli 2010

contoh Proposal Usaha





Proposal Usaha Peternakan Ikan,
Bebek dan Ayam Jawa
Di Wilayah Pekalongan












Diajukan kepada:
Bapak Alexander





Oleh:
Kristyo Siswandi















A. Latar Belakang
Melihat sekarang ini banyak sekali data-data di berbagai buku dan media komunikasi seperti Televisi, mengenai kebutuhan konsumen yang semakin besar akan 2 produk yakni ikan dan bebek, dengan harga yang setabil dan cenderung naik, dan sekarang banyak dijumpai para pedagang kaki lima yang menjual makanan dan untuk berwisata kuliner, saya yakin prospek kedepan untuk peternakan ikan dan bebek sangat bagus. Secara kenyataan juga untuk peternakan-peternakan yang ada sekarang tidak menyeluruh khususnya di wilayang Jawa tengah, seperti di daerah semarang kita hanya akan banyak menjumpai peternakan di daerah boja, ungaran saja. Namun kebutuhan akan bahan makanan tersebut merata di seluruh Jawa. Seperti halnya di daerah pekalongan, kebutuhan akan ikan air tawar yang segar, dan bebek/itik juga semakin meningkat. Pembangunan peternakan di daerah tertentu saja akan membuat pendistribusian ikan dan bebek akan memakan biaya yang lebih besar, dan apabila dengan modal kecil, akan lebih kecil pula keuntungannya, namun apabila dengan modal yang sama namun dengan pembuatan peternakan di sub daerah, menjadikan proses pemasaran akan merata diseluruh wilayah.. Pembangunan peternakan di sub daerah akan menguntungkan dalam pendistribusian, sehingga untuk produk ikan, akan sampai kepada konsumen dalam waktu yang relatif cepat, dan memastikan harganya bahan produk tidak turun karena sampai kepada konsumen dalam kondisi masih sgar. Selain itu biaya pengiriman/pendistribusian dapat ditekan atau lebih murah.
Akhir-akhir ini pemerintah Kabupaten Pekalongan sedang giat-giatnya mengembangkan kawasan wisata di Wilayah Kecamatan Petung Kriyono, dan dipastikan Petung Kriyono akan menjadi Tempat Pariwisata Tujuan di daerah Pantura. Terakhir, pada tanggal 14-15 Mei 2010, Dewan Pariwisata Indonesia (DEPARI) Jawa Tengah Bersama Menko Kesra, melakukan Lokakarya pembuatan Paket Wisata Lintas Regional se-Karisidenan Pekalongan, untuk mendukung Tahun Kunjungan Pariwisata Jawa Tengah tahun 2011. Melihat hal itu, saya sangat optimis, pembuatan peternakan di wilayah yang tidak jauh dari tempat wisata alam pegunungan tersebut, akan menjadikan bisnis ini akan terus berkembang, dengan pembiayaan pemasaran yang murah.

Data Diri singkat saya:
Nama : Kristyo Siswandi
Tempat & tgl. Lahir :
Pendidikan Akhir :
Alamat :
Telepon, HP, e-mail :..........., ysbjkanthil@yahoo.com
Status Perkawinan : belum menikah


B. Gambaran umum Jenis Usaha
Usaha ini sebetulnya saya rancangkan sudah lama, namun baru pada hari minggu tanggal 18 Mei 2010 ini saya melihat rasanya tinggal melangkah saja, dengan membaca Brosur Bapak di papan pengumuman JKI Marina. Dahulu kendala saya adalah karena saya harus memulai usaha dari nol, karena keluarga saya termasuk golongan ekonomi bawah. Saya terus berusaha untuk memulai dengan mengumpulkan modal, namun ternyata sekarang ini, saya pakai modal tersebut untuk memulai bisnis usaha snack di semarang.
Saya memilih usaha ini, karena usaha peternakan adalah usaha infestasi jangka panjang, sehingga diharapkan mampu bertahan sampai keturunan-keturunan berikut saya. jadi kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan Bapak. Jenis usaha yang saya rancangkan ini adalah mengkombinasikan atau mengabungkan antara peternakan bebek dengan ikan dalam satu tempat usaha. Hal ini sangat mungkin, karena habitat alamiah kedua hewan tersebut tidaklah jauh, yakni air. Hanya saja harus ada kandang untuk bebek jenis itik. Namun tidak menjadi masalah, karena rencana saya adalah menekan modal, sehingga kandang bebek dibuat semi permanen, yaitu dari bahan kayu dan atap ijuk, hal ini tidak menjadi masalah, karena tidak akan mempengaruhi perkembangbiakan bebek.
Selama ini, saya melihat di televisi, para peternak dengan modal besar menggunakan oven/inkubator untuk menetaskan telur. Cara tersebut bagus, karena bebek adalah hewan yang malas mengerami telurnya, namun biayanya terasa sangat mahal. Pembuatan inkubator sendiri atau melalui jasa instalator lisrik, memang bisa, namun telur yang berhasil menetas masih hanya sekitar 60-70%. Maka dari itu penetasan telur akan dibuat secara alami. seperti yang sudah banyak diterapkan oleh peternak tradisional, yaitu mengeramkan telur bebek pada induk ayam. Selain tidak mengeluarkan modal lagi, keberhasilan menetas adalah 80-90%, jadi sangat fantastis.
Pembesaran bebek dilakukan di 2 tempat, dan itu tidak ada pemisahan-pemisahan yang rumit, yaitu kandang bebek dan air. Air ini juga tetap bisa dipakai untuk ikan lele, maupun jenis lumpur untuk belut.
Mengenai pakan ikan (pelet) yang sekarang ini terasa sangat mahal akan disiasati dengan pembuatan sendiri. Hanya dengan sekali pembelian alat pembuat pelet ikan, maka pakan ikan (pelet) tersedia setiap saat.
Sarana prasarana yang telah ada adalah air jernih yang langsung mengambil dari sungai pegunungan yang jelas tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan kimia seperti kaporit yang dipakai untuk air pam langganan. Tanah yang cukup luas yang tidak jauh dari jalan utama desa, membuat pembangunan dan pengangkutan hasil produk dan berbagai proses lain akan sangat mudah.
Jenis ikan yang dapat dikembangbiakkan di daerah saya adalah : Ikan Lele, Ikan Mujaer/Nila, Gurame, dan Belut. Kalau belut ini sangat cocok dengan iklim alamiah di daerah saya, karena banyak sawah di daerah saya, belut hidup secara alamiah, namun saya masih meneliti dari berbagai sumber lagi tentang budidaya belut ini, karena yang saya lihat adalah kerumitan dalam menyiapkan lahan.
Ayam Jawa disini tidak terlalu saya tonjolkan karena sekarang ini sudah ada, hanya perlu penanganan yang lebih intensif saja. Walaupun begitu, harga Jual Ayam Jawa lebih mahal dari jenis usaha disini, hanya saja, Ayam jawa sudah menjadi hewan peliharaan disetiap rumah. Mungkin untuk pemasaran di kota, ini akan sangat emnguntungkan sekali, dan pasti akan saya kembangkan dengan maksimal juga.

Lokasi (rencana tempat Usaha)

(SILAHKAN BERI FOTO TEMPAT USAHA)


C. Aspek Pemasaran
Wilayah pemasaran adalah di desa sendiri, kecamatan Talun, dan Petung Kriyono, dalam kota Pekalongan, Tegal, Pemalang, Batang. Saya akan menggunakan cara penjualan dengan pembuatan proposal ke restoran-restoran, dan lainnya seperti langsung ke pasar ataupun ke temgkulak.
Untuk pesaing dalam produk/usaha ini kemungkinan muncul pada sekitar maksimal 1 tahun pertama setelah panen, dan kemungkinan akan berkurang dan menjadi nol kembali, karena memang sudah menjadi kebiasaan orang di daerah saya, yaitu gaya ikuit-ikutan namun tidak mau bertahan, sehingga tidak menjadi masalah, apa lagi mereka yang memulai tidak dengan perhitungan terlebih dahulu. Selain itu penting dalam pengembangan suatu usaha adalah hobi, atau memang sebuah impian. Pengembangan dalam hal ini mencakup pemasaran.
Jalur pemasaran yang sudah saya rencanakan adalah:
1. Pendistribusian langsung ke tangan konsumen atau tidak melalui pengepul untuk produk Bebek. Dengan mengarahkan orang-orang, khusus pada hari panen/ Marketing freelance.
2. Untuk produk ikan, penjualan diarahkan ke pengepul, dan pasar tradisional.
3. Pemindahan ikan ke tempat wisata untuk wisata pemancingan, dan rumah makan.
4. Sistem pesan antar.
5. Penjualan dalam bentuk makanan/produk matang ( perencanaan jangka panjang)
Promosi di daerah pekalongan, dalam hal ini kabupaten, sangat mudah, dengan peningkatan mutu produk, maka otomatis banyak orang yang tahu dari mulut ke mulut.

D. Aspek Produksi
Jenis produk yang dihasilkan adalah berbagai jenis ikan seperti nila, lele, belut, gurame, dan jenis lain, yang cocok dan mendukung usaha ini dan cocok dengan keadaan wilayahnya (ketinggian daerah adalah 800-900m dpl) dan bebek/itik, telur itik. Jenis-jenis ikan tesebut biasa digunakan untuk lauk sehari-hari dan biasa dijajakan di warung atau restoran, tempat pemancingan ikan,dll.

Proses Produksi:
Persiapan lahan dan kandang maksimal 1 bulan, dengan mengarahkan orang dalam bentuk royongan (adat di desa saya), yaitu pengolahan lahan tanah secara bergilir ke masing-masing penduduk. Semua pekerjaan itu bisa di lakukan secara gratis, dan kemudian pembuatan kandang dengan membayar Tukang.
Pengecekan kesiapan pakai lahan, dan instalasi air. Dilakukan selama 15 hari, sampai benar-benar siap disebari bibit. Selain itu dalam waktu ini ada pembagian kolam jenis pendedaran dan kolam pembesaran dilakukan setelah masa panen ke dua.
Pembelian bibit. Setelah 15 hari dari pembangunan lahan selesai, dilakukan pembelian bibit, dimulai dari bibit ikan terlebih dahulu. Kemudian setelah 2 bulan ikan menyesuaikan diri dengan kolam yang baru, baru pembelian bibit itik.
Pembersihan kolam. Untuk didaerah yang tidak terlalu panas seperti daerah rumah tingal saya, pembersihan kolam cukup 1 bulan sekali, namun air tetap dalam keadaan mengalir/pergantian air yang terus menerus.(utamanya siang hari). kecuali lele, lele tetap baik, dalam keadaan kolam yang tidak terlalu bersih.
Pemberian pakan. Untuk itik, makanan yang digunakan adalah dedak gabah dari petani di daerah tempat tinggal. Untuk ikan, makanannyasejenis, yaitu pelet. Pembelian pelet yang mahal disiasati dengan pembuatan pelet sendiri secara modern dengan alat pembuat pelet. Ada dua macam pelet yang akan dibuat, yaitu pelet tenggelam dan pelet apung.
Mengikuti kebiasaan/habitat alam hewan. Untuk itik, dibuatkan jalur yan menghubungkan kandang dengan kolam lele. Jadi nantinya tempat berenang, dan mencari makanan tambahan adalah dari kolam lele. Tidak merugikan produktifitas ikan lele dalam hal ini, karena lele telah terlebih dahulu menempati kolam tersebut, sehingga tidak akan menjadi stres.
Pembagian kolam. Kolam akan dibagi bagi untuk jenis lele, digolongkan usia dan besarnya ukuran lele. Untuk jenis nila, gurame, dan belut, hanya akan di bagi menurut jenis ikannya, dan akan di bagi ukurannya pada saat pemanenan.

Kapasitas produksi
waktu Rancangan Produksi
Ke 1 • 3000 bibit ikan ukuran ±10cm ditebar pada setiap kolam berukuran 3x5M. Menghasilkan ±80% ikan dan 300 itik bibit dari luar, menghasilkan 100% produk hidup semua. Dalam kurun waktu 3 bulan untuk jenis ikan (kecuali Gurame) siap panen. Itik dalam kurun waktu 4-6 bulan siap panen.
• 50 indukan siap pijah, diharapkan akan menghasilkan anakan ribuan ekor, dengan keberhasilan pertama 60% dari anakan, akan menjadi ikan yang besar. Indukan itik terdiri dari 30 betina dan 10 jantan, menghasilkan 300 telur dalam kurun waktu 1 bulan pertama yang langsung di eramkan pada indukan ayam kampung.
Ke 2 • 2 bulan berikutnya, ikan sudah terkondisikan dengan lingkunan. Bebek/ itik baru di beli dan mulai tahap pertama pembudidayaan. Jumlah anakan 300, indukan 100 ekor ( 80 betina, 20 jantan)
Ke 3 • Bulan ke-3, ikan kecil seperti lele, dan nila, dipanen. Dan di tebarkan lagi yang baru, atau pemijahan pertama. Proses akan terus berulang, yaitu ikan kecil kurun waktunya 3 bulan dari ukuran 10cm, siap untuk dipanen, ikan besar ½ tahun bisa mulai dipanen. Itik akan mempunyai selang waktu ± 2 bulan, sudah memulai anakan baru secara terus menerus.
• Jadi dalam waktu satu tahun, hasil ikan yang dicapai adalah
.... kolam 15m2 x 4 x3000= ekor ikan dan 2 x





Lahan.
Lahan yang digunakan adalah milik pribadi. Tidak menjadi masalah dalam hal biaya.

* Bangunan /kandang. Pembuatannya mulai berjalan ketika ikan sudah mulai ditebarkan. Namun persiapan bahan bangunan semi permanen sudah di siapkan sejak persiapan lahan. Hal ini dilakukan karena untuk atap semi permanen, pembuatannya memakan waktu yang cukup lama, karena sudah sedikit para pembuat atap seperti ini, mungkin hanya ada 2 atau 3 orang. Tanya harga welit. Bambu, dan lain sebagainya.

* Sarana prasarana. Biaya pemasangan kandang itik adalah:
1. pagar dari anyaman bambu dengan lebar dan panjang bangunan 7m x 14m.
2. atap welit @Rp. 000000000,-
3. bahan soko guru bangunan. 10 Pasang dengan tinggi 3 meter @Rp.
4. usuk 2 x 15 meter
5. paku dan lain-lain Rp.

Kandang bebek/itik:
silahkan isI DENGAN GAMBAR YANGADA DALAM OTAK ANDA
Tampak depan (kerangka)
SILAKAN ISI DENGAN GAMBAR TEMPAT USAHA ANDA
Tampak depan


* Biaya pembuatan kolam:
1. 15 kolam permanen @ 3m x 5m x 1m Rp 8.835.000
Setiap kolam memerlukan: Rp. 589.000,-
a. 500 buah bata @400,- Rp. 200.000
b. 4 sak semen, @55.000,- Rp. 220.000
c. 3 kubik pasir @230.000,- Rp. 69.000
d. Batu kali 100.000 Rp. 100.000
2. instalasi air, 30 meter pipa putih, tipis Rp.15.000/m Rp 450.000
Total Rp.9.285.000,-

* mesin dan peralatan:
cangkul, sabit sudah ada, bila kurang, pinjam.
Peralatan pertukangan, diserahkan semua kepada tukang. Pembuatan bahan bangunan siap pasang + upah

* Kendaraan.
Sewa Colt untuk pengangkatan kayu, tanah galian, bata, untuk 2 hari Rp. 500.000,-

* Bahan baku:
Bak dari serat fiber, untuk pemijahan dan pembesaran larva ikan. (informasi pada tanggal 30 Mei 2010)
3 buah (200x100x60)cm Rp. 600.000 (±4 tahun) Rp. 1.800.000,-
1 Buah Pembuat pelet Rp. 7.200.000,-
Total Rp. 9.000.000,-
* Bahan Pembantu:
Hormon Ovaprim (1 botol untuk setiap sekali pemijahan) Rp 300.000,-
Larutan HCL 0,1N 100 MI Botol untuk setiap pemijahan) Rp. 6.000,-
Total untuk ± setiap pemijahan Rp. 306.000,-
* Tenaga Kerja langsung
Tenaga kerja yang di serap dari usaha ini di bagi ke dalam 2 kategori:
Tenaga kerja harian, cukup dengan 1 orang, yang fungsinya untuk fokus di tempat usaha, pemberian pakan, pengecekan ikan, kebersihan dll, 1 orang untuk belanja bahan pakan, pengolahan pelet, dll. Masing-masing gaji bulanan Rp. 300.000, dan 150.000, perbedaan ini, karena upahan yang kedua, adalah upahan yang bekerja tidajk intensif. Atau bekerja pada saat bahan makanan ikan ataupun itik sudah menipis.
Tenaga kerja borongan, bekerja pada setiap masa panen, pengurasan dan pembersihan kolam. 1 orang tenaga ahli, bekerja pada pertama sampai ke tiga saat pemijahan ikan, dan penanganan larva, sampai upah harian dapat melakukan sendiri.
* Penanganan limbah, kotoran dan sisa makanan itik dapat di buat pupuk. Tanaman di kebun, jadi tidak membahayakan.

E. Aspek Organisasi dan SDM
Nama perusahaan: peternakan ikan dan itik ................
Nama Pemilik : Kristyo Siswandi
Alamat kantor dan tempat usaha: Dk, Purbo, Ds. Jolotigo, Rt 001 Rw 003 Kecamatan Talun, Kaupaten Pekalongan.

Struktur Organisasi


Uraian Jabatan
No Jabatan: Uraian Tugas Gaji (Rp)
Bulan / kali Tahun
1 Pemilik/Owner Memimpin semua bagian Pendapatan Pendapatan
2 Karyawan I Fokus di tempat usaha, dll Rp. 300.000,- Rp. 3.600.000,-
3 Karyawan II Belanja bahan pakan, dll Rp. 150.000,- Rp. 1.800.000,-
4 Borongan I Tenaga ahli, pemijahan 3x kerja/th Rp. 200.000,- Rp. 600.000,-
5 Borongan II Panen, penjualan 3x kerja/th Rp. 100.000,- Rp. 300.000,-
6 Borongan III Panen, penjualan 3x kerja/th Rp. 100.000,- Rp. 300.000,-
Total gaji karyawan/tahun ( 3 kali panen) Rp. 6.600.000,-

Kegiatan Pra-Operasi dan jadwal pelakasaan
Jenis kegiatan pra operasi
Jenis kegiatan Jadwal Pelaksanaan (bulan ke) Biaya operasional
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Survey Pasar x x x x Rp. 160.000,-
Survey mesin/peralatan x Rp -
Instalasi air x Rp. 200.000,-
Mencari tenaga kerja x Rp . -
Ujicoba produksi x x x x Rp. 3.000.000,-
operasional x x x x x x Rp. 1.000.000,-
Total biaya pra oprasi (± - sekali selama usaha) Rp. 4.360.000

Inventaris usaha
No. Inventaris usaha Merk Jumlah Harga satuan Total Harga (Rp.)
1 Bak Fiber - 3 600.000,- Rp. 1.800.000,-
2 Alat pembuat pelet - 1 1.200.000 Rp. 1.000.000,-
Total Rp. 2.800.000,-

Perlengkapan Usaha
No Jenis biaya perlengkapan
Biaya
1 Jaring, sikat pembersih, baskom, ember, pralon. Rp 300.000,-
2 - kakaban, dll Rp. -
Total Rp. 300.000,-

Biaya Pembitan
Bibit harga Banyaknya Total
Lele (ukuran 7-9 cm) 250/ekor 3000 ekor Rp. 750.000
Indukan lele 15.000/kg 5 kg Rp. 75.000
Mas (ukuran 5-8 cm) 80/ekor 3000 ekor Rp. 240.000
Indukan Mas(>2000 gr/ekor) 20.000/kg 5 kg Rp. 100.000
Gurame (ukuran 3 cm) 700/ekor 300 ekor Rp. 210.000
Indukan Gurame 35.000/kg 5 kg Rp. 175.000
Itik 4000/ekor 300 ekor Rp.1.200.000
Indukan itik 45.000/ekor 100 ekor Rp.4.500.000
Anakan ayam sudah ada - Rp. ,-
Indukan Ayam Jawa sudah ada - Rp. ,-
Total biaya untuk Semua bibit Rp. 6.250.000

Penghitungan Biaya:
Pembuatan Kolam Rp. 9.285.000,-
Sewa jasa Angkut Rp. 500.000,-
Bahan baku (inventaris) Rp. 9.000.000,-
Bahan Pemijahan (3xpijah) Rp. 918.000,-
Gaji Karyawan Rp 6.600.000,-
Biaya Pra-oprasi Rp. 4.360.000,-
Bibit Rp 6.250.000,-
Pakan (/thn) Rp. 12.000.000,-
Total Biaya Rp. 48.913.000,-

F. Aspek Keuangan
Pembelian terbagi menjadi 2 untuk ikan, yaitu pembelian induk ( 3kg berisi 3-4 ekor betina) dan 1 kg (isi 2 ekor jantan) dan pembelian anakan (±10cm)
Harga jual ikan mei 2010 di Pekalongan (data dari internet)
Lele : Rp. 9.000/kg isi (5-8)
Nila: Rp. 10.000/kg isi 6-8
Belut : Rp.10.000-15.000/5-10 ekor
Gurame Rp. 25.000-30.000/kg
Itik: 30.00-40.000/ekor
Ayam Jawa: 50.000-75.000/ekor
Pelet: Rp.3000/kg
Keuntungan akan lebih besar setelah panen ke tiga, karena anakan sudah diproduksi sendiri.
G. Penutup
Kesimpulan dari jenis usaha ini adalah kesabaran, dan ketekunan, karena hasil yang akan dicapai nanti, dan seterusnya dan jangka panjang tentunya. Demikian Proposal ini saya buat dengan harapan yang besar untuk dapat disetujui Bapak. Terima kasih.



Semarang, 28 Mei 2010
Konseptor,
Kristyo Siswandi

Minggu, 30 Mei 2010

Bintang Daud Di Tugu Jogja



sudah lama saya mendengar perdebatan penggunaan bintang daud oleh beberapa orang. karena bintang itu adalah bintangnya orang yahudi, zionisme, atau apalah. pokoknya bagi orang yang terus mengikuti perkembangan di Timur tengah mengenai Israel dan musuhnya, lambang itu sangat mereka benci. apalagi penggunaannya di sekitar mereka. tapi mari kita coba cermati sebuah Tugu yang dibangun sudah lama dibangun di Jogja, yang kita sebut dengan Tugu Jogja. silahkan cek sendiri pada keempat sisinya. jangan kaget dan marah-marah tentunya dengan pemandangan yang sudah lama ada tersebut. pada keempat sisinya, terdapat Bintang segi enam, yang bukan hanya seperti, tapi sangat mirip dengan lambang yang beberapa orang tidak sukai itu, yaitu Bintang Daud, atau Star of David, yang terletak di tengah bendera Israel. Tugu itu pada awalnya berbentuk tabung yang meruncing ke atas, dan pada puncaknya berbentuk bulat. Namun oleh karena gempa tahun 1867 itu, tugu lama rusak total. pada tahun 1889 atau 121 tahun yang lalu maka terjadilah perombagan, dengan ketinggian 10-15 meter lebih rendah dari bangunan lama. sejak saat itu tugu tersebut disebut De Witt Paal atau tugu pal putih.
lalu apakah anda adalah salah satu orang yang pernah memeluk atau mencium tugu itu setelah anda lulus kuliah untuk mengungkapkan kesenangan anda? Atau hanya untuk mengungkapkan kecintaan anda pada Kota Yogyakarta? kalau jawaban anda adalah ya, maka silakan beri kesimpulan anda dibawah ini.

Semarang
Kristyo Siswandi
30 Mei 2010

Jumat, 12 Maret 2010

PERAN BUDAYAWAN DAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN NILAI SOSIAL BUDAYA

A. Latar Belakang
Masyarakat manusia dapat dianggap beradab, apabila masyarakat itu memiliki adat-istiadat yang selalu dijaga, ditaati, dan dijalankan.Karena dengan menjalankan adat-istiadat itu, maka masyarakat manusia menjadi kenal nilai-nilai sosial budayanya antara yang baik dan yang tidak baik. Tegasnya adat-istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat keduanya ibarat sekeping uang logam yang beda sisinya, tetapi pada hakikatnya satu adanya.
Pada saat ini, yakni yang dikatakan era kesejagatan, bangsa kita lebih-lebih orang Jawa telah mengalami perubahan yang dahsyat, sehingga sesuai dengan watak adat-istiadat yang senantiasa akan berubah, maka berubah pula tata pandang nilai sosial budaya masyarakat pemilik adat-istiadat itu.
Adat-istiadat sering diartikan kebiasaan atau pranata kehidupan yang seharusnya ditaati oleh pemilik adat-istiadat itu. Akan tetapi karena adat-istiadatnya berubah, maka berubah pula pranata atau kebiasaan yang dimiliki masyarakat pemilik adat-istiadat itu.
Misalnya: Adat-istiadat memakai kain dan kebaya buat gadis Jawa pada masa dahulu, akan tetapi pada masa sekarang, gadis-gadis Jawa justru gandrung celana jean, agar kelihatan modern dan tidak “kuno”. Akibat lebih lanjut ukuran nilai sosial budaya juga berubah, yaitu menganggap biasa gadis memakai celama jean itu.Prabu Sri Aji Jayabaya dari Kadhiri (Mawenang), ditahun 1010, pernah meramalkan, yang berbunyi: “Yen mbesuk wong wadon, wus nganggo sandhangane wong lanang, wong wadon bakal ilang wirange, wong lanang ilang kaprawirane, kali ilang kedhunge, pasar ilang kumandhange”.
Banyak contoh adat-istiadat yang hilang atau berubah, seperti tata penghormatan, pendidikan, cara mencari menantu, tata panembah, tata cara makan, dsb. Dengan adanya perubahan itu, maka berubah pula nilai-nilai sosial budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Inilah fenomena yang ada di tengah-tengah tata pergaulan kita. Mengapa merupakan fenomena, karena baik masyarakat, maupun para budayawan sendiri juga dalam posisi kebingungan, sebagai akibat derasnya arus informasi, dan teknologi yang tengah melanda tata kehidupan kita.

B. Masalah yang ada.
Kalau kita mau studi pada masyarakat Jepang atau Korea yang sama-sama orang timur, mereka sebagai Negara yang sudah maju, tetapi dalam hal adat-istiadatnya, mereka memegang teguh.Misal: Pakaian tradisional mereka, sikap mereka, tata panembah mereka. Kalau kemudian mengapa masyarakat kita (khususnya masyarakat Jawa), sudah tidak konsisten pada adat-istiadat, maka H. Mardiyanto mantan Mendagri pada pidato kunci di konfrensi Internasional Kebudayaan Jawa 2008, mengatakan bahwa bangsa yang kehilangan harga diri, kepercayaan diri dan jatidiri, maka bangsa itu sebenarnya kehilangan segala-galanya. Bangsa Indonesia, juga orang Jawa, pada saat ini rupanya dalam posisi baru kehilangan itu.Inilah masalah yang ada pada kita.



C. Potensi yang ada
Sebenarnya dalam adat-istiadat tergenggam peristiwa sejarah, dongeng, legenda, mitos, ceritera rakyat, tata upacara, kepercayaan, budi pekerti, filsafat, tata krama, dongeng waktu mau tidur, penglipur lara, dsb. Sayangnya bangsa kita yang memiliki adat-istiadat itu tidak menyadari akan hal itu. Padahal banyak pesan yang tergenggam dalam adat-istiadat itu. Itulah mengapa adat-istiadat menjadi memiliki nilai sosial budaya bangsa pemilik adat-istiadat itu.
Sebenarnya untuk masyarakat kita, kondisi pada saat ini dapat dimaklumi. Mengapa sampai sekarang mereka masih menganggap kebudayaannya adi luhung.Bangsa kita, khususnya Jawa sebenarnya tahu, bahwa kebudayaannya meninggalkan adat-istiadat atau tata cara yang baik, dalam bidang pergaulan, dalam bidang pemerintahan, birokrasi, kepemimpinan, politik, dan tata sosial, serta tata nilai yang baik. Akan tetapi karena pesan-pesan itu disusun dalam bahasa Jawa, sementara anak bangsa, akibat kebijakan Pemerintah tahun l975, kurikulum bahasa daerah (Jawa) di hapus,maka kita memahami bahwa generasi sekarang yang gaul, yang mendapat pengaruh modernisasi, lalu menganggap “kuno” kebudayaanya sendiri.
Banyak pesan yang tergenggam dalam adat-istiadat itu, disampaikan dalam bentuk “pepindhan, paribasan, sanepa, cadrasangakala” dan sebagainya, sementara si “muda” tidak memahami, tetapi yang “tua” tak mampu menterjemahkan.Misal: adat–istiadat mencari menantu, tata cara seorang pemimpim, tata cara pergaulan si muda dan si tua, tata cara makan, tata cara menerima tamu, tata cara memberi salam, berpakaian, bersoleh, dan banyak lagi.Ini fenomena yang ada. Sementara itu masyarakat, para budayawan tidak mampu berbuat apa-apa, karena tidak memiliki kewenangan dan wewenang. Masyarakat kita yang paternalistis menunggu kebijakan pemeritah atau kebijakan orang yang memiliki wewenang, tetapi justru orang yang diberi wewenang tidak tahu, tidak mau tahu, tetapi tidak mau bertanya.

D. Usaha yang harus dilakukan
Tidak ada istilah terlambat. Pada saat ini ada instansi yang perlu diacungi jempol yang sadar, bahwa adat-istiadat sebenarnya mengandung pesan pendidikan, nasehat, larangan, harapan, ajaran pergaulan, kepemimpinan, tata pergaulan, dsb. Langkah itu perlu kita dukung.Kalau Jawa tengah memiliki 29 kabupaten dan 6 kota, apabila kita mau menginventarisasi dan mengindentifikasikan, maka dalam masyarakat kita sesuai kondisi geografisnya, dialek bahasanya, sebenarnya kita pasti memiliki adat-istiadat yang dalam aplikasinya dalam dimuat dalam sejarah, dongeng, legenda, ceritera rakyat, dongengsebelum tidur, dongeng penglipur lara, tata upacara, tata pergaulan,tata penghormatan,tata panembah,tata cara membangun rumah,bersih desa (merti desa), dan sebagainya.
Senyampang program Gubernur kita “Bali desa, mbangun desa” (buka “ndesa” ). Kata “ndesa” konotasinya “orang yang tidak tahu adat-istiadat”. Penulis sudah pernah menyampaikan “perbaikan itu”. Pak Gubernur menerima, karena semula beliau menganggap kata “ndesa” artinya “lebih menekankan”. Kalau kata “mbandung artinya menekankan pergi ke Bandung, akan tetapi kata ndesa lain artinya.
Jadi sesuai program pak Gubernur, menurut hemat penulis, adat-istiadat perlu kembali dilestarikan dan dikembangkan, terutama adat-istiadat yang memiliki arti yang baik. Misalnya: Tata pergaulan, tata krama, tata perhormatan, tata kepemimpinan, tata birokrasi, dan lain-lain adat-istiadat yang memiliki makna nasehat, sangsi, larangan, pendidikan moral, pendidikan suka kerja, gemi nastiti, ati-ati, temen, rigen, madhep mantep, tekun, dsb.
Dimana ajaran atau nilai social budayanya ditemukan,jawabnya ada pada sejarah,dongeng,babad,mitos,ceritera rakyat,tata upacara,tata panembah,dongeng waktu menidurkan anak,dongeng panglipur lara,fable (dongeng hewan),dsb.Oleh karena pesan-pesan itu ada pada khasanah itu,penulis menyarankan:
1. Pemda Kab/ Kota disadarkan kembali, bahwa pada saat ini bangsa kita memerlukan tuntunan, yang diambil dari bumi kelahirkan sendiri.
2. Dimohon tiap kab/kota memilih 3-5 saja ceritera rakyat, apakah dongeng, apakah babad, apakah mitos, apakah legenda, apakah tata upacara, tata panembah, dsb
3. Ditulis kembali dan digali maknanya, apakah makna pendidikan, makna nasehat, makna ajaran, sangsi, larangan, dsb, agar masyarakat tahu, bahwa sebenarnya ceritera itu mengandung ajaran kearifan lokal.
4. Hiasi dengan gambar-gambar yang menarik, petik patisarinya.
5. Susun jadi buku, dan dijadian bahan pembelajaran di SD-SD, TK, SMP, dsb.
Mari kita lawan ceritera-ceritera asing, yang mulai meracuni anak-anak kita.Misal: di Banyumas ada acara “Begalan”. Coba disusun ceritera yang baik, lalu ditafsirkan maknanya, ambil pati sarinya yang bersifat kearifan local. Di Pekalongan ada cerietara Nyi Lanjar, di Pemalang ada certera “si Geseng”, di Pati ada ceritera Rara Suli, di Semarang ada cerietara Ki Pandanaran, di Kendal ada ceritera Paku waja, di Klaten dengan Rara Jongrangnya, dan banyak lagi. Kalau tiap kab/kota membuat 3 atau 5 buku dalam satu tahun, maka hasilnya: kalau tiap kab/kota 3 buku =108 buku, kalau 5 buku=185. Kalau dicetak, dan disebar ke sekolah maka tiap tahun ada l08 –l85 buku. Dalam 5 tahun berapa?

E. Penutup
Tangis tidak akan menolong, sesal kemudian tidak berguna. Senyampang masih banyak orang-orang kita yang bijak, senyampang masih banyak yang memahami bahasa Jawa, memahami adat-istiadat daerah, mari kita bahu membahu. Tidak usah mencari “kambing hitam”, “Mumpung isih padhang rembulane, mumpung isih jembar kalangane”
Semoga menjadi bahan pemikiran kita bersama.

Semarang,24 Februari 2010


Prof. Dr. Dr. Soetomo,WE, M.Pd.
Dosen PPS STIEPARI dan UKSW.
A. Latar Belakang
Masyarakat manusia dapat dianggap beradab, apabila masyarakat itu memiliki adat-istiadat yang selalu dijaga, ditaati, dan dijalankan.Karena dengan menjalankan adat-istiadat itu, maka masyarakat manusia menjadi kenal nilai-nilai sosial budayanya antara yang baik dan yang tidak baik. Tegasnya adat-istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat keduanya ibarat sekeping uang logam yang beda sisinya, tetapi pada hakikatnya satu adanya.
Pada saat ini, yakni yang dikatakan era kesejagatan, bangsa kita lebih-lebih orang Jawa telah mengalami perubahan yang dahsyat, sehingga sesuai dengan watak adat-istiadat yang senantiasa akan berubah, maka berubah pula tata pandang nilai sosial budaya masyarakat pemilik adat-istiadat itu.
Adat-istiadat sering diartikan kebiasaan atau pranata kehidupan yang seharusnya ditaati oleh pemilik adat-istiadat itu. Akan tetapi karena adat-istiadatnya berubah, maka berubah pula pranata atau kebiasaan yang dimiliki masyarakat pemilik adat-istiadat itu.
Misalnya: Adat-istiadat memakai kain dan kebaya buat gadis Jawa pada masa dahulu, akan tetapi pada masa sekarang, gadis-gadis Jawa justru gandrung celana jean, agar kelihatan modern dan tidak “kuno”. Akibat lebih lanjut ukuran nilai sosial budaya juga berubah, yaitu menganggap biasa gadis memakai celama jean itu.Prabu Sri Aji Jayabaya dari Kadhiri (Mawenang), ditahun 1010, pernah meramalkan, yang berbunyi: “Yen mbesuk wong wadon, wus nganggo sandhangane wong lanang, wong wadon bakal ilang wirange, wong lanang ilang kaprawirane, kali ilang kedhunge, pasar ilang kumandhange”.
Banyak contoh adat-istiadat yang hilang atau berubah, seperti tata penghormatan, pendidikan, cara mencari menantu, tata panembah, tata cara makan, dsb. Dengan adanya perubahan itu, maka berubah pula nilai-nilai sosial budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat kita. Inilah fenomena yang ada di tengah-tengah tata pergaulan kita. Mengapa merupakan fenomena, karena baik masyarakat, maupun para budayawan sendiri juga dalam posisi kebingungan, sebagai akibat derasnya arus informasi, dan teknologi yang tengah melanda tata kehidupan kita.

B. Masalah yang ada.
Kalau kita mau studi pada masyarakat Jepang atau Korea yang sama-sama orang timur, mereka sebagai Negara yang sudah maju, tetapi dalam hal adat-istiadatnya, mereka memegang teguh.Misal: Pakaian tradisional mereka, sikap mereka, tata panembah mereka. Kalau kemudian mengapa masyarakat kita (khususnya masyarakat Jawa), sudah tidak konsisten pada adat-istiadat, maka H. Mardiyanto mantan Mendagri pada pidato kunci di konfrensi Internasional Kebudayaan Jawa 2008, mengatakan bahwa bangsa yang kehilangan harga diri, kepercayaan diri dan jatidiri, maka bangsa itu sebenarnya kehilangan segala-galanya. Bangsa Indonesia, juga orang Jawa, pada saat ini rupanya dalam posisi baru kehilangan itu.Inilah masalah yang ada pada kita.



C. Potensi yang ada
Sebenarnya dalam adat-istiadat tergenggam peristiwa sejarah, dongeng, legenda, mitos, ceritera rakyat, tata upacara, kepercayaan, budi pekerti, filsafat, tata krama, dongeng waktu mau tidur, penglipur lara, dsb. Sayangnya bangsa kita yang memiliki adat-istiadat itu tidak menyadari akan hal itu. Padahal banyak pesan yang tergenggam dalam adat-istiadat itu. Itulah mengapa adat-istiadat menjadi memiliki nilai sosial budaya bangsa pemilik adat-istiadat itu.
Sebenarnya untuk masyarakat kita, kondisi pada saat ini dapat dimaklumi. Mengapa sampai sekarang mereka masih menganggap kebudayaannya adi luhung.Bangsa kita, khususnya Jawa sebenarnya tahu, bahwa kebudayaannya meninggalkan adat-istiadat atau tata cara yang baik, dalam bidang pergaulan, dalam bidang pemerintahan, birokrasi, kepemimpinan, politik, dan tata sosial, serta tata nilai yang baik. Akan tetapi karena pesan-pesan itu disusun dalam bahasa Jawa, sementara anak bangsa, akibat kebijakan Pemerintah tahun l975, kurikulum bahasa daerah (Jawa) di hapus,maka kita memahami bahwa generasi sekarang yang gaul, yang mendapat pengaruh modernisasi, lalu menganggap “kuno” kebudayaanya sendiri.
Banyak pesan yang tergenggam dalam adat-istiadat itu, disampaikan dalam bentuk “pepindhan, paribasan, sanepa, cadrasangakala” dan sebagainya, sementara si “muda” tidak memahami, tetapi yang “tua” tak mampu menterjemahkan.Misal: adat–istiadat mencari menantu, tata cara seorang pemimpim, tata cara pergaulan si muda dan si tua, tata cara makan, tata cara menerima tamu, tata cara memberi salam, berpakaian, bersoleh, dan banyak lagi.Ini fenomena yang ada. Sementara itu masyarakat, para budayawan tidak mampu berbuat apa-apa, karena tidak memiliki kewenangan dan wewenang. Masyarakat kita yang paternalistis menunggu kebijakan pemeritah atau kebijakan orang yang memiliki wewenang, tetapi justru orang yang diberi wewenang tidak tahu, tidak mau tahu, tetapi tidak mau bertanya.

D. Usaha yang harus dilakukan
Tidak ada istilah terlambat. Pada saat ini ada instansi yang perlu diacungi jempol yang sadar, bahwa adat-istiadat sebenarnya mengandung pesan pendidikan, nasehat, larangan, harapan, ajaran pergaulan, kepemimpinan, tata pergaulan, dsb. Langkah itu perlu kita dukung.Kalau Jawa tengah memiliki 29 kabupaten dan 6 kota, apabila kita mau menginventarisasi dan mengindentifikasikan, maka dalam masyarakat kita sesuai kondisi geografisnya, dialek bahasanya, sebenarnya kita pasti memiliki adat-istiadat yang dalam aplikasinya dalam dimuat dalam sejarah, dongeng, legenda, ceritera rakyat, dongengsebelum tidur, dongeng penglipur lara, tata upacara, tata pergaulan,tata penghormatan,tata panembah,tata cara membangun rumah,bersih desa (merti desa), dan sebagainya.
Senyampang program Gubernur kita “Bali desa, mbangun desa” (buka “ndesa” ). Kata “ndesa” konotasinya “orang yang tidak tahu adat-istiadat”. Penulis sudah pernah menyampaikan “perbaikan itu”. Pak Gubernur menerima, karena semula beliau menganggap kata “ndesa” artinya “lebih menekankan”. Kalau kata “mbandung artinya menekankan pergi ke Bandung, akan tetapi kata ndesa lain artinya.
Jadi sesuai program pak Gubernur, menurut hemat penulis, adat-istiadat perlu kembali dilestarikan dan dikembangkan, terutama adat-istiadat yang memiliki arti yang baik. Misalnya: Tata pergaulan, tata krama, tata perhormatan, tata kepemimpinan, tata birokrasi, dan lain-lain adat-istiadat yang memiliki makna nasehat, sangsi, larangan, pendidikan moral, pendidikan suka kerja, gemi nastiti, ati-ati, temen, rigen, madhep mantep, tekun, dsb.
Dimana ajaran atau nilai social budayanya ditemukan,jawabnya ada pada sejarah,dongeng,babad,mitos,ceritera rakyat,tata upacara,tata panembah,dongeng waktu menidurkan anak,dongeng panglipur lara,fable (dongeng hewan),dsb.Oleh karena pesan-pesan itu ada pada khasanah itu,penulis menyarankan:
1. Pemda Kab/ Kota disadarkan kembali, bahwa pada saat ini bangsa kita memerlukan tuntunan, yang diambil dari bumi kelahirkan sendiri.
2. Dimohon tiap kab/kota memilih 3-5 saja ceritera rakyat, apakah dongeng, apakah babad, apakah mitos, apakah legenda, apakah tata upacara, tata panembah, dsb
3. Ditulis kembali dan digali maknanya, apakah makna pendidikan, makna nasehat, makna ajaran, sangsi, larangan, dsb, agar masyarakat tahu, bahwa sebenarnya ceritera itu mengandung ajaran kearifan lokal.
4. Hiasi dengan gambar-gambar yang menarik, petik patisarinya.
5. Susun jadi buku, dan dijadian bahan pembelajaran di SD-SD, TK, SMP, dsb.
Mari kita lawan ceritera-ceritera asing, yang mulai meracuni anak-anak kita.Misal: di Banyumas ada acara “Begalan”. Coba disusun ceritera yang baik, lalu ditafsirkan maknanya, ambil pati sarinya yang bersifat kearifan local. Di Pekalongan ada cerietara Nyi Lanjar, di Pemalang ada certera “si Geseng”, di Pati ada ceritera Rara Suli, di Semarang ada cerietara Ki Pandanaran, di Kendal ada ceritera Paku waja, di Klaten dengan Rara Jongrangnya, dan banyak lagi. Kalau tiap kab/kota membuat 3 atau 5 buku dalam satu tahun, maka hasilnya: kalau tiap kab/kota 3 buku =108 buku, kalau 5 buku=185. Kalau dicetak, dan disebar ke sekolah maka tiap tahun ada l08 –l85 buku. Dalam 5 tahun berapa?

E. Penutup
Tangis tidak akan menolong, sesal kemudian tidak berguna. Senyampang masih banyak orang-orang kita yang bijak, senyampang masih banyak yang memahami bahasa Jawa, memahami adat-istiadat daerah, mari kita bahu membahu. Tidak usah mencari “kambing hitam”, “Mumpung isih padhang rembulane, mumpung isih jembar kalangane”
Semoga menjadi bahan pemikiran kita bersama.

Semarang,24 Februari 2010


Prof. Dr. Dr. Soetomo,WE, M.Pd.
Dosen PPS STIEPARI dan UKSW.